Archive for July 2013

Lagi, Indonesia Tak Mampu Samakan Awal Ramadhan

Monday, July 8, 2013
Posted by Unknown
Lagi, Indonesia Tak Mampu Samakan Awal Ramadhan
Kategori: Birokrasi - Dibaca: 31 kali
Jakarta  - Permasalahan menentukan awal ramadhan memang menjadi cerita klasik bagi Indonesia. Karena mengherankan, meskipun pemerintah sudah menentukan awal ramadhan, masih banyak golongan yang menentukan sendiri awal ramadhan.

Sesuai yang dimuat viva.co.id (9/9), Indonesia selalu menghadapi persoalan yang sama setiap tahunnya dalam menetapkan awal Ramadan. Ada dua metode yang biasa dilakukan dalam menentukan penanggalan Hijriah. Metode Hisab dan Rukyat.

Metode kalender berdasarkan hitungan ilmu pasti dinamakan Hisab. Metode Hisab ini selalu menjadi acuan ulama Muhammadiyah. Metode ini merupakan rangkuman pencatatan perputaran bulan dari hasil penglihatan peredaran bulan selama bertahun-tahun.

Sementara metode penginderaan bulan secara langsung disebut Rukyat. Metode ini biasa dilakukan oleh ulama Nahdlatul Ulama.
Melihat hilal atau bulan baru, bisa dilakukan dengan mata telanjang atau dengan teleskop sederhana yang diarahkan ke sudut perkiraan bulan. Rukyat dilakukan menjelang matahari terbenam. Apabila hilal terlihat, maka telah memasuki bulan baru Hijriah.

Muhammadiyah memastikan awal Ramadan 1434 Hijriah jatuh pada hari Selasa 9 Juli 2013. Hal ini ditegaskan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, Senin 8 Juli 2013. "Perbedaan awal Ramadan dan Syawal janganlah dibesar-besarkan, karena penetapan itu merupakan keyakinan masing-masing." 

Menurut DiA, dalam penetapan awal Ramadan dan satu Syawal, Muhammadiyah mendasarkan pada dalil syariat dan kaidah ilmiah. Selain itu, mereka juga mendasarkan pada metode hisab hakiki dengan dua kriteria.

Pertama, sudah terjadi ijtimak, atau konjungsi yaitu matahari dan bulan dalam garis lurus yang selalu terjadi sebagai tanda bulan berkahir. Kedua, sore harinya, matahari tenggelam, bulan masih ada di ufuk (horison). Berapa pun derajatnya itulah hilal.

Dia melanjutkan, konjungsi sudah terjadi sekitar pukul 14.00 WIB lewat 15 menit dan sekian detik yang lalu. Din mengklaim kondisi itu sudah diakui oleh seluruh data falakiah astronomi. "Terjadi konjungsi matahari lurus. Ini pertanda akhir bulan Syakban," katanya.

Metode yang digunakan Muhammadiyah mendasarkan pada dalil Al Quran dan hadis yaitu perintah untuk memperhatikan peredaran bulan, dan matahari. Ia menilai metode itu tidak akan ketemu dengan Rukyat yang dilakukan oleh Kementerian Agama. "Bagi Muhammadiyah, sesuatu yang tidak kelihatan itu bukan tidak ada. Kami berkeyakinan demikian," tuturnya.

Jemaah An-Nadzir di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, juga menetapkan awal Ramadan pada Selasa 9 Juli. Pimpinan An-Nadzir, Lukman, menuturkan pihaknya menetapkan awal puasa berdasarkan perputaran bulan dalam kalender Islam, yakni Syakban yang berakhir pada Senin 8 Juli sekitar pukul 14.00 Wita.

"Kami menetapkan awal puasa ini berdasarkan tanda-tanda alam sebagaimana yang telah dilakukan para pendahulu di zaman nabi," kata Lukman.

Jemaah yang identik dengan jubah hitam dan berambut gondrong itu memiliki metode dasar penetapan awal puasa yaitu, menggabungkan metode penghitungan bulan atau Rukyat dan dengan cara melihat hilal atau penampakan bulan.

"Insya Allah akan terjadi pergantian bulan pada hari Senin. Kira-kira pukul 14.00 Wita akan masuk pada garis astronomi, yang ditandai dengan pasang surut air laut," katanya.

Sementara itu, jemaah Tarekat Saman di Kota Padang Sumatera Barat sudah menjalankan ibadah puasa Senin 8 Juli. Pemimpin jemaah ini, Buya Safir, menuturkan, bahwa penentuan 1 Ramadan dilakukan dengan melihat bulan purnama pada bulan Syakban. "Kami menghitung 15 hari setelah bulan purnama pada bulan Syakban. Ketika itulah jatuhnya 1 Ramadan," jelasnya.
Menurutnya, pada kalender Hijriah, 1 Ramadan juga jatuh pada hari ini. Sementara itu, pengikut Tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang, Sumatera Barat sudah mulai puasa sejak Minggu 7 Juli 2013. Tarekat ini menentukan 1 Ramadan menggunakan metode Hisab Munjid.

"Metode ini (hisab munjid) dibawa dari Makkah," kata Edizon, tokoh Naqsabandiyah, di Surau Baitul Makmur, Kecamatan Pauh Kota Padang kepada VIVAnews.

Edizon mengklaim, metode ini sudah digunakan sejak zaman Rasulullah. Keputusan diambil berdasarkan kesepakatan bersama. "Bagi Naqsabandiyah, dalam satu tahun hanya ada 360 hari. Dalam satu bulan hanya ada 29 dan 30 hari. Tidak ada yang 31 hari dalam satu bulan," tutur Edizon.

Tarekat Naqsabandiyah juga memakai cara Rukhyatul Hilal yakni melihat bulan langsung di tempat yang tinggi tanpa alat bantu. Melihat bulan ini biasanya dilakukan sebelum Ramadan, tepatnya bulan Syakban.

Jemaah tarekat ini tersebar di berbagai daerah di Sumbar. Jumlah paling banyak berada di Kota Padang sekitar 8 ribu orang. Sementara, di Kabupaten Solok Selatan, Pesisir Selatan dan Pasaman tidak sebanyak jumlah di Kota Padang. 
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
www.winzulkim.blogspot.com
irwinsyah site's
Selamat Datang di Win Zul Kim blog, selamat surfing. terima kasih by irwinsyah azizul hakim

Anda Pengunjung Ke -

Blogger templates

" />

Asal Pengunjung

My Facebook

Win Zul Kim |Profil
silahkan klik 'like' diatas

secure link

irwinsyah network. Powered by Blogger.

- Copyright © irwinsyah azizul hakim -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -