Posted by : Unknown
Tuesday, October 1, 2013
KONSEP DASAR BRONKHITIS
I. DEFINISI BRONKHITIS
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis dapat bersifat akutmaupun kronis.
( manurung,2008 )
Bronkhitis
adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai
sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus
parainfluenza, dan coxsackie virus.
(Muttaqin,2008)
Bronkhitis
merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah. Penyakit ini
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup.
(Chang, 2010)
II. KLASIFIKASI BRONKHITIS
Bonkhitis diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Bronkhitis
kronis adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah
sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa
bronkus.pembentukan mucus yang meningkatkan mengakibatkan gejala khas
yaitu batuk produktif.batuk kronis yang disertai peningkatan sekresi
bronkus tampaknya mempengaruhi bronkeolus yang kecil sedemikian rupa
sehingga bronkeolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
(Price, 1995)
2. Bronkhitis
akut merupakan imflamasi bronkus pada saluran nafas bawah penyakit ini
disebabkan oleh bakteri dan virus. bronkhitis akut dapat sembuh sendiri
dan berlangsung dalam waktu singkat. penyakit ini harus dibedakan dengan
bronkhitis kronis yang biasanya berkaitan dengan penyakit paru
obstruktif kronik.
(Chang, 2010)
3. Bronkhitis
akut kondisi umum yang disebabkan oleh inveksi dan inhalan yang
mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial.
(Tambayong, 2000)
4. Bronkhitis
kronisinflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan progesif pada
batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan penyebab
spesifik yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama
sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
(Tambayong, 2000)
III. ETIOLOGI
Terdapat
tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis, yaitu :
rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungannya dengan
faktor keturunan dan status sosial
a. Rokok
Secara
patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus
dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan
bronkotriksi akut
b. Infeksi
Eksasebasi
bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi
paling banyak adalah hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
c. Polusi
Polusi
tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga
menyebabkan bronkhitis adalah zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon.
d. Keturunan
Belum
diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan
suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan
pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e. Faktor sosial ekonomi
Kematian
pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih
buruk
( manurung, 2008 )
IV. IV. PATOFISIOLOGI BRONKITIS
Asap
mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan
inflamasi. Adanya iritasi yang terus menerus menyebabkan
kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi
semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi
silia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada
bronkiolus. Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat
mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan
fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan
terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut dapat
terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya
dapat terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal tersebut
kemungkinan mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis.
(manurung, 2008)
V. TANDA DAN GEJALA
V. TANDA DAN GEJALA
Gejalanya berupa:
a. batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
b. sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
c. sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
d. lelah
e. pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
f. wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
g. pipi tampak kemerahan
h. sakit kepala
i. gangguan penglihatan.
VI. VI. TEST DIAGNOSTIK
Tes
diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis kronik adalah meliputi
rontgen thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar
gas darah arteri
Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi
(Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu
siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal
berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter
udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran
normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan
kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
Udara
yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi
sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada
tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya.
Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat
masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan
alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.
Analisa gas darah
Gas
darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan
asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi
oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah
arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu
diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam
basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan
foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat
progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif
menahun.
Pemeriksaan laboratorium
Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa
secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru.
Apabila
terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum
sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type
bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
· Lapisan teratas agak keruh
· Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
· Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (celluler debris).
(mutaqin, 2008)
VII. VII. KOMPLIKASI
Komplikasi bronchitis dapat berupa terjadinya korpulmonale, gagal jantung kanan dan gagal pernapasan.
(manurung, 2008 )
Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis adalah:
1. Emfisema
Emfisema
adalah akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus
alveoli yang disertai dengan kerusakan dari sel pernapasan.
2. Kor pulmonale
Kor
pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel kanan
yang dihubungkan dengan kelainan fungsi paru atau struktur paru atau
keduannya.
3. Polisitemia
Adanya
batuk,sputum,dan tanda-tanda hipoksemia pada blublotter.eksaserbasi
akut disebabkan oleh infeksi.pada auskultasi terdapat ronki basah,baik
pada ekspirasi maupun inspirasi.sesak nafas dan weizing atau mengi
merupakan tanda utama dari bronkhitis. bila sudah terdapat komplikasi
kor pulmonale,maka proknosis dari penyakit ini sudah buruk
(Rab, 1996)
VIII. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN MEDIS
1) Penatalaksanaan
umum pada bronkhitis kronik bertujuan untuk memperbaiki kondisi tubuh
penderita, mencegah perburuan penyakit, menghindari faktor resiko dan
mengenali sifat penyakit secara lebih baik. Disamping itu tujuan utama
pengobatan adalah untuk menjaga agar bronkiolus terbuka dan berfungsi,
sehingga memudahkan pembuangan sekresi bronkhial, mencegah infeksi dan
kecacatan. Perubahan pola sputum ( sifat, warna, jumlah dan ketebalan )
dan pola bentuk merupakan hal yang perlu diperhatikan.infeksi bakteri
tambuh diobati dengan terapi antibiotika berdasarkan hasil pemeriksaan
kultur dan sensitifitas.
2) Terapi
bronkodilator berguna untuk menghilangkan bronkospasmo dan mengurangi
obstruksi jalan nafas sehingga oksigen lebih banyak didistribusikan
keseluruh bagian paru dan fentilasi alveolar diperbaiki.dreinasepostular
dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat membantu terutama
jika terdapat bronkiektasis.
3) Pemberian cairan peroral maupun parenteral
jika terjadi bronkospasme berat merupakan tindakan sangat penting.
pemberian terapi cairan sangat menbantu dalam mengencerkan sekresi
sehingga mudah dikeluarkan dengan membatukkan. pemberian kortikos teroit
diberikan jika tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keberhasilan
terhadap pengobatan konserfatif. klien harus berhenti merokok, karena
rokok dapat menyebabkan bronkokontriksi, melumpuhkan silia yang berperan
dalam membuang partikel yang mengiritasi serta menginaktifkan surfaktan
yang berfungsi untuk mengembangkan paru. perokok juga lebih rentang
terhadap infeksi bronchial.
( manurung, 2008 )
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Bronkitis
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan
utama pada klien dengan bronchitis meliputi batuk kering dan produktif
dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh da[at mencapai >40 oC, dan sesak napas.
2. riwayat kesehatan
Ø Keluhan utama:
Batuk
persisten,produksi sputum seperti warna kopi,disnea dalam beberapa
keadaan,weizing pada saat ekspirasi,sering mengalami infeksi pada system
respirasi.
Ø Riwayat kesehatan dahulu:
Batuk
atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1
th.dan paling sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya riwayat merokok.
Ø Riwayat kesehatan keluarga:
Penelitian
terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita
penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prefalensi
terhadap gangguan pernapasan lebih tinggi.selain itu,klien yang tidak
merokok tetepi tinggal dengan perokok(perokok pasif) mengalami
peningkatan kadar karbon monoksida darah.dari keterangan tersebut untuk
penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan dengan
polusi udara rumah,dan bukan penyakit yang diturunkan.
(mutaqin,2008)
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital klien dengan bronchitis biasanya
didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 drajat celcius,
frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, serta
biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah.
B1 (breathing)
Inspeksi
Klien
biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronchitis kronis, sering
didapatkan bentuk dada barrel/ tong. Gerakan pernapasan masih simetris.
Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga mengalami batuk yang
produktif dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam
kecoklatan karena bercampur darah.
Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.
Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
Jika
abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka
suara napas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah
adanya konsolidasi di sekitar abses, maka akan terdengar suara napas
bronchial dan ronkhi basah.
B2 (blood)
Sering
didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi.
Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
B3 (brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang serius.
B4 (bladder)
Pengukuran
volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan, oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu
tanda awal dari syok.
B5 (bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurun berat badan.
B6 (bone)
Kelemahan
dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
(Muttaqin, Arif.2008)
4. terapi medis
Pengobatan
yang utama ditujukan untuk mencegah dan mengkontrol infeksi serta
meningkatkan dreinase bronchial.pengobatan yang diberikan berupa:
Ø Antimicrobial;
Ø Bronkodilator;
Ø Aerosolizet nebulizer; dan
Ø intervensi bedah.
(Irman, 2009)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang dapat ditemui pada klien bronkitis adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan broncospasme.
2. Gangguan pertukaran gas dengan perubahan supple oksigen
3. Gangguan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dan anoreksia.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplei oksigen.
( Manurung, 2008 )
Diagnose 1
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan bronkospasme
Tujuan: bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Sputum tidak ada
2. Bunyi napas vesikuler
3. Batuk berkurang atau hilang
4. Sesak napas berkurang atau hilang
5. Tanda-tanda vital normal
Intervensi
1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
2. Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi ( semi fowler ).
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
3. Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri
4. Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
5. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa.
Diagnosa2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen.
Tujuan: gangguan pertukaran gas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Selama … x 24 jam
Kriteria hasil:
1. Nilai analisa gas darah dalam batas normal.
2. Kesadaran komposmentis.
3. Klien tidak bingung
4. Sputum tidak ada
5. Sianosis tidak ada
6. Tanda fital dalam batas normal
Intervensi
1. Pertahankan posisi tidur fowler
Rasional : posisi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
2. Ajarkan klien pernapsan diagframatik dan pernapasan bibir.
Rasional : untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas
3. Kaji pernapasan, kecepatan dan kedalaman serta penggunaan otot bantu pernapasan
4. Kaji secara rutin warna kulit dan membran mukosa
Rasional:indikasi
langsung keadekuatan volume cairan,meskipun membrane mukosa mulut
mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
5. Dorong klien untuk mengeluarkan sputum, penghisapan lendir jika diindikasikan
Rasional: untuk membantu melancarkan jalannya pernapasan
6. Awasi tingkat kesadaran / status mental klien, catat adanya perubahan
Rasional: Dengan mengetahui tingkat kesadaran atau status mental klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
7. Ukur tanda vital setiap 4-5 jam dan awasi irama
Rasional: Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
8. Palpasi fremitus
Rasional: mengetahui adanya bunyi nafas akibat mukus
9. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Diagnosa 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum
Tujuan : nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
2. Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi
1. Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah dan anoreksia
Rasional: menentukan penyebab masalah
2. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta ciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman
Rasional: menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
3. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Radional: dapat meningkatkan nutrisi dalam tubuh meskipun napsu makan berkurang
4. Timbang berat badan klien setiap minggu
Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk pasien
Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Tujuan: klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria hasil:
1. Klien melakuakan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan
2. Klien dapat bergerak secara bebas
3. Kelelahan berkurang atau hilang
4. Tonus otot baik menunjukkan angka 5
Intervensi
1. Kali aktifitas yang dilakukan klien
Rasional: mengetahui perkembangan aktivitas day living
2. Latih klien untuk melakukan pergerakan aktif dna pasif
Rasional: supaya otot-otot tidak mengalami kekakuan
3. Berikan dukungan pada klien dalam melakukan latihan secara teratur, seperti: berjalan perlahan atau latihan lainnya.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
4. Diskusikan dengan klien untuk rencana pengembangan latihan berdasarkan status fungsi dasar
Rasional: untuk memberikan terapiyang sesuai pada status pasien saat ini
5. Anjurkan klien untuk konsultasi denan ahli terapi
Rasional: menentukan program latihan spesifik sesuai kemampuan klien
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Cotran,robbins.2008.dasar patologis penyakit.jakarta:Egc.
Rab, Tabran. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC
Price,Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
www.winzulkim.blogspot.com